KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN
A.
BIAYA
Informasi yang akurat mengenai biaya produk maupun jasa
merupakan hal yang penting dalam setiap tahap fungsi manajemen, yaitu manajemen
strategik, perencanaan dan pengambilan keputusan, pengendalian manajemen dan
pengendalian operasional, dan pembuatan laporan keuangan. Oleh karena itu
konsep mengenai biaya harus benar-benar dipahami.
1.
Pengertian
Biaya
Dalam mendefinisikan tentang konsep biaya sangat penting,
karena dalam ilmu akuntansi terdapat dua istilah biaya, yaitu biaya sebagai cost dan expense. Tentu saja kedua istilah tersebut mempunyai pengertian
yang berbeda
Dalam buku “Activity
Based Cost Sistem : Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya” definisi Biaya adalah:
“Biaya (cost)
adalah kas atau nilai setra kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan
jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi
organisasi.”(Mulyadi, 2003:4)
Dalam buku yang sama, biaya sebagai expense didefinisikan sebagai berikut:
“Biaya (expense)
adalah kas sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan
tertentu. (Mulyadi, 2003:4).
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen” mengemukakan pengertian biaya sebagai
berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan mamfaat pada saat
ini atau dimasa yang mendatang bagi organisasi”. (Henry Simamora 1999 :
01)
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen”, mengemukakan pengertian biaya sebagai
berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
saat ini atau dimasa datang bagi organisasi”. (Hansen & Mowen,1999 : 36)
Berdasarkan
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa biaya adalah sebagai sumber daya yang di ukur dengan uang yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan biaya juga
merupakan kas sumber daya yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa dan
untuk mendapatkan manfaat sekarang atau dimasa yang akan datang
Untuk menghasilkan manfaat
saat ini dan di masa depan, maka manajemen perusahaan harus merencanakan dan
mengendalikan dengan baik penentuan biaya karena informasi biaya memberikan
rerangka berpikir untuk mengelola masukan agar nilai masukan yang dikorbankan
lebih rendah dari nilai keluaran yang diperoleh oleh perusahaan. Dari itu dapat
diketahui bagaimana biaya dan kecenderungannya. Dengan memahami biaya berarti
telah mengetahui berapa biaya yang harus dikorbankan untuk membuat suatu
produk.
Dari berbagai macam definisi cost dan expense diatas
umumya mempunyai kesamaan makna, yaitu:
1.
Cost merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang
diukur dalam satuan uang yang terjadi atau secara potensial akan terjadi dan
pengorbanan tersebut untuk tujuan tetentu.
2.
Expense merupakan cost dari orang dan jasa telah
menjadi beban (expired) karena
berlalunya waktu baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam
proses untuk memperoleh pendapatan.
Agar biaya dapat
dibebankan dengan mudah dan akurat, maka perlu adanya penelusuran biaya yaitu
pembebanan aktual dari biaya ke objek biaya dengan menggunakan ukuran yang
dapat diamati pada konsumsi sumber daya oleh objek biaya. dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”, mengemukakan
bahwa penelusuran biaya ke objek biaya dapat terjadi melalui salah satu dari
dua cara berikut ini :
“1. Penelusuran Langsung.
2.
Penelusuran Penggerak”.(Don R.Hansen dan Maryanne M.Mowen 1999 :
38-39)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
1.
Penelusuran langsung.
Adalah
suatu proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara
khusus dan secara fisik dengan suatu objek. Penelusuran langsung paling sering
dicapai melalui pengamatan secara fisik. Sebagai contoh, asumsikan objek biaya
adalah sebuah pakaian, produk menggunakan bahan dan tenaga kerja, dalam hal ini
mudah mengamati berapa meter kain yang dipakai dan bagian lainnya yang
digunakan oleh produk, dan jumlah jam tenaga kerja yang diperlukan untuk
memproduksi pakaian. Penggunaan bahan dan tenaga kerja dapat di observasi
secara fisik,maka dari itu pembebanan biayanya dapat dibebankan langsung ke objek biaya. Akan tetapi tidak semua biaya
bisa dibebankan ke objek biaya dengan menggunakan penelusuran langsung, karena
seringkali tidak mungkin atau tidak mudah mengamati secara fisik berapa jumlah
pasti sumber daya yang sedang dikonsumsi oleh objek biaya.
2.
Penelusuran
penggerak.
Adalah suatu pendekatan
yang menggunakan dalil sebab akibat untuk mengidentifikasikan berbagai faktor
(penggerak) yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya objek
biaya. Penggerak
(driver) adalah faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan sumber
daya, penggunaan aktivitas biaya dan pendapatan. Penelusuran penggerak adalah
penggunaan penggerak untuk membebankan biaya ke objek biaya. Walaupun tidak
seakurat penelusuran langsung, jika hubungan sebab akibat, keakuratan yang
tinggi dapat diharapkan. Penelusuran penggerak menggunakan dua jenis penggerak
dalam menelusuri biaya ke objek biaya yaitu penggerak sumber daya dan penggerak
aktivitas. Penggerak sumber daya mengukur permintaan sumber daya atau aktivitas
dan digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas, sedangkan
penggerak aktivitas mengukur permintaan aktivitas oleh objek biaya dan
digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.
Berdasarkan uraian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa biaya adalah setiap item yang dibiayai, yang
diukur dan dibebankan, dimana proses pembebanan biaya tersebut harus dilakukan
secara akurat yang keakuratannya dapat ditelusuri melalui penelusuran biaya. Karena Penelusuran
biaya menentukan seberapa objektif,dapat diandalkan, dan berartinya ukuran
biaya yang dihasilakan, dan seberapa yakinnya pengambilan keputusan dalam memahami dan mengandalkan ukuran biaya
sebagai dasar untuk membuat prediksi dan pengambilan keputusan sehingga pembebanan biaya yang tepat dapat
tercapai dan menghasilkan penghematan serta keputusan yang benar dan evaluasi
yang baik.
2. Klasifikasi Biaya
Pengklasifikasian Biaya penting artinya untuk memberikan
informasi mengenai biaya yang lebih ringkas dan sitematis atas keseluruhan
elemen biaya yang ada yang digolongkan ke dalam golongan-golongan tertentu.
Dalam buku “Akuntansi Biaya” biaya dapat digolongkan
menjadi
1.
Objek pengeluaran
2.
Fungsi pokok
dalam perusahaan
3.
Hubungan biaya
dengan sesuatu yang dibiayai
4.
Perilaku biaya
dalam hubungannya dengan volume kegiatan
5.
Jangka waktu
manfaatnya. (Mulayadi 2000,14)
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah
1.
Penggolongan
biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, maka obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka
semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan
bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam perusahaan
kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan
upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya
zat warna
2.
Penggolongan
biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi
pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan
umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok :
a.
Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap dijual.
b.
Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c.
Biaya administrasi dan umum, merupakan
biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran.
3. Penggolongan hubungan biaya dengan
sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau
departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan :
1.
Biaya langsung (direct cost).
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang
penyebab satu- satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
2.
Biaya tidak langsung (indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
3. Penggolongan prilaku biaya dalam
hubunganya dengan volume kegiatan
Dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi 4
(empat) yaitu :
1.
Biaya Variabel.
Biaya Variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume
kegiatan
2.
Biaya Semi variabel.
Biaya Semi
variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
3.
Biaya Semi fixed.
Biaya Semi
fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi.
4.
Biaya Tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya
tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.
- Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
a.
Pegeluaran Modal (Capital Expenditures).
Pengeluaran
modal adalah biaya yang mempunyai manfaat dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah salah satu tahun kalender).
b. Pengeluaran
Pendapatan (Revenue Expenditure).
Pengeluaran
pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
B. HARGA
POKOK PRODUKSI
Untuk membentuk suatu harga pokok produksi dibutuhkan
berbagai informasi mengenai biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi
karena biaya produksi akan membentuk harga pokok produksi. Dalam pembuatan
produk terdapat dua kelompok biaya yaitu, biaya produksi dan biaya nonproduksi.
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan
baku menjadi produk. Sedangkan biaya non produksi biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran, dan kegiatan administrasi
umum.
Dan biaya-biaya yang dapat membentuk harga pokok produksi adalah Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan
Biaya Overhead Pabrik.
Manfaat harga pokok produksi
a.
Menentukan
harga jual
b.
Memantau
realisasi biaya produksi
c.
Menghitung laba
atau rugi periodik
d.
Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca.
1.
Pengertian
Harga pokok produksi
Beberapa penulis
memberikan pengertian yang berbeda tentang harga pokok produksi. Menurut buku
“Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produksi”, pengertian harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
“Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang dianggap
melekat kepada unit produknya disebut harga pokok produksi. Harga pokok perunit
merupakan hasil bagi dari total biaya produksi dengan jumlah unit produk yang
dihasilkan dalam satu periode proses produksi. Harga pokok merupakan unit
pengukur yang seragam dan bersifat universal karena dinyatakan untuk setiap
satuam output yang dihasilkan oleh perusahaan dari waktu ke waktu.
(Harnanto, 1999 :204)
Sedangkan dalam buku “Akuntansi Manajemen” memberikan
pengertian yang berbeda tentang harga pokok produksi yaitu:
“Harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang
dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pbrik yang membentuk harga pokok produksi”(Supriyono,
1999 : 11)
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu produk pada waktu tertentu yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok
produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi. Menurut buku “Akuntansi
Biaya”, dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok
produksi terdapat dua pendekatan yaitu :
1. Pendekatan
full costing
2. Pendekatan variable costing”. (Mulyadi, 2000 : 18)
Adapun penjelasan
dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Full Costing
Full costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi
ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun
tetap.
Harga pokok produk yang dihitung
dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel,
dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Pendekatan Variable costing
Variable costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Harga pokok produk yang dihitung
dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok
produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya
pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap
(biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan
umum tetap).
Dari uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pendekatan full costing metode penentuan harga
pokok produksi melibatkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi, sedangkan pada pendekatan variabel costing, metode penentuan
harga pokok produksi hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam harga pokok produksi.
3. Biaya
Overhead
Biaya Overhead adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi tapi tidak berhubungan langsung dengan proses produksi tersebut atau
biasa disebut dengan biaya tidak langsung.
a. Pengertian Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya tidak
langsung dalam sebuah proses produksi dan biaya overhead pabrik umumnya
dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen
Dalam buku “Akuntansi
Biaya” pengertian biaya overhead dinyatakan sebagai berikut :
“Biaya
overhead adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam: 1. Biaya bahan penolong, 2.
Biaya reparasi dan pemeliharaan, 3. Biaya tenaga kerja tidak langsung, 4. Biaya
yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, 5. Biaya yang
timbul akibat berlalunya waktu dan 6. Biaya overhead lain.” (Mulyadi : 2000,207)
Sedangkan dalam buku “Cost Accounting“ pengertian biaya
overhead adalah sebagai berikut:
“Factory overhead is generally defined as
indirect materials, indirect labour and all other factory cost that can not be
conveniently identified product, or final cost objectives”. (Hammer, Carter
and Usry : 2000,21)
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah
biaya-biaya tidak langsung yang tidak berhubungan dengan proses produksi.
Biaya
overhead pabrik tidak dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
menggunakanya atau mengkonsumsinya. Ini berbeda dengan biaya produksi langsung
yang dapat diidentifikasikan secara langsung kepada produk yang
mengkonsumsinya. Biaya overhead pabrik umumnya dikonsumsi oleh lebih dari satu
departemen produksi. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur distribusi
biaya untuk membebankan biaya overhead pabrik
ini kepada tiap-tiap departemen atau produk yang mengkonsumsinya.
b.
Penggolongan
Biaya Overhead Pabrik
Penggolongan Biaya Overhead Pabrik dalam buku “Akuntansi
Biaya” ada tiga cara penggolongan :
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut siafatnya
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut prilakunya dalam hubunganya
dengan perubahan volume kegiatan,
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen. (Mulyadi : 2000,207 )
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah:
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini :
a.
Biaya bahan
penolong, bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi
atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
b.
Biaya reparasi
dan pemeliharan, adalah biaya yang berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis
pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik mesin-mesin
dan equipment serta aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik
c.
Biaya tenaga
kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu biaya tenaga
kerja tidak langsung terdiri dari: upah, tunjangan dan biaya kesehjateraan
yaang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
d.
Biaya yang
timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap, biaya-biaya yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi emplesemen pabrik,
bangunan pabrik dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva
tetap lain yang digunakan di pabrik.
e.
Biaya yang
timbul sebagai akibat berlalunya waktu, biaya-biaya yang termasuk ke dalam
kelompok ini antara lain adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen asuransi
mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelekaan karyawan dan biaya
amortisasi kerugian trial-run.
f.
Biaya overhead
pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai, biaya overhead pabrik yang termasuk dalam
kelompok ini antara lain adalah: biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak
luar perushaan, biaya listrik, dan sebagainya.
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubunganya dengan perubahan volume kegiatan,
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya
overhead pabrik dalam hubunganya dengan perubahan volume kegiatan, biaya
overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan: Biaya overhead pabrik
tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semi variabel.
Biaya overhead pabrik variabel adalah adalah biaya overhead pabrik yang berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik tetap adalah
biaya overhead pabrik yang tidak
berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya overhead pabrik
semi variabel adalah: Biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead
pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat semi
variabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya variabel.
- Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen.
Ditinjau dari hubunganya dengan
departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: Biaya overhead langsung departemen yaitu biaya overhead yang terjadi
dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut dan Biaya overhead tidak langsung departemen yaitu biaya overhead
pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
c.
Penentuan Tarif
Biaya Overhead Pabrik
Dalam buku “Akuntansi Biaya”, langkah-langkah penentuan
biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut :
1.
Menyusun
anggaran biaya overhead pabrik.
Dalam
menyusun anggaran biaya overhead pabrik
harus diperhatikan tingkat kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran
biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dipakai sebagai dasar
pembuatan anggaran overhead pabrik: kapasitas praktis, kapasitas normal, dan
kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
2.
Memilih dasar
pembebanan biaya overhead pabrik
kepada produk.
Setelah anggaran overhead pabrik disusun
langkah selanjutnya adalah memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan
secara adil biaya overhead pabrik terhadap produk. Ada berbagai macam yang
dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik diantaranya adalah:
a.
Satuan produk
b.
Biaya bahan
baku
c.
Biaya tenaga
kerja langsung
d.
Jam tenaga
kerja langsung
e.
Jam mesin
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
dasar pembebanan yang dipakai adalah:
a.
Harus
diperhatikan jenis overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen
produksi.
b.
Harus
diperhatikan sifat-sifat biaya overhead
pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan
dasar pembebanan yang akan dipakai.
3.
Menghitung
biaya overhead pabrik
Setelah tingkat kapasitas yang akan
dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik
telah disusun serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan maka
langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus
sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan
Taksiran dasar pembebanan
3. Biaya Bahan Baku
Biaya produksi berhubungan
dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan
baku mengacu pada biaya bahan langsung. Bahan adalah bahan mentah yang diolah
menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas. Bahan ini
dapat berupa bahan baku dan bahan lainya, baik bahan penolong atau bahan
lainya.
1.
Pengertian Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu
pembentukan harga pokok produksi.
Dalam buku “Akuntansi
Biaya” mendefinisikan bahan baku adalah sebagai berikut:
“Bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak
pada barang jadi, seperti kertas adalah plup, bahan baku semen adalah batu batu
dan kapur, Bahan baku adalah suatu proses kemungkinan barang jadi bagi perusahaan
lain”. (Sunarto:2003,22)
Dalam buku Akuntansi
Biaya” bahan baku juga didefinisikan sebagai berikut :
“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh produk jadi” Mulyadi (2000,925)
Dari pengertian diatas maka bahan baku merupakan faktor
utama untuk memproduksi suatu barang suatu proses produksi tidak akan berjalan
apabila tidak ada bahan baku.
2.
Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja
merupakan biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik, yang merupkan salah
satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja
untuk produksi dibagi menjadi dua yaitu Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya
Tenaga Kerja Tidak Langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah kompensasi yang
dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang secara langsung
bekerja dalam pengolahan barang. Sedangkan Biaya tenaga kerja tidak langsung
adalah kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja tidak langsung yaitu
tenaga kerja yang bekerja di pabrik tetapi tidak melakukan pekerjaan pengolahan
secara langsung.
3.
Pengertian
Biaya Tenaga Kerja Langsung Langsung
Biaya tenaga kerja
merupakan biaya konversi, disamping biaya overhead pabrik, yang merupkan salah
satu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
Dalam buku “Akuntansi Biaya”
mendefinisikan Biaya Tenaga Kerja adalah sebagai berikut:
“Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibayarkan untuk
pemakaian sumber daya manusia.” (Sunarto 2003,30)
Dalam buku “Akuntansi Biaya” juga mendefinisikan Biaya
Tenaga Kerja sebagai berikut:
“Biaya Tenaga Kerja adalah harga yang dibebankan untuk
penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.”(Mulyadi 2000,343)
Jadi biaya tenaga kerja langsung adalah harga yang harus
dibayarkan atau dibebankan terhadap penggunaan sumber tenaga kerja manusia
dalam proses produksi.
4.
Penggolongan
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Dalam perusahaan
manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Penggolongan
menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan. Pembagian ini bertujuan untuk
membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari
biaya tenaga kerja nonpabrik, yang bukan merupakan unsur harga pokok produksi,
melainkan merupakan unsur biaya usaha. Dengan demikian penggolongan biaya
tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam organisasi atau perusahaan manufaktur
adalah:
2.
Penggolongan
menurut kegiatan departemen dalam perusahaan. Penggolongan semacam ini
dilakukan untuk lebih memudahkan pengendalian terhadap biaya tenaga kerja yang
terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan .
3.
Penggolongan
menurut jenis pekerjaannya. Dalam suatu departemen tenaga kerja dapat
digolngkan menurut sifat pekerjaanya.
4.
Penggolongan
menurut hubungannya dengan produk. Dalam hubunganya dengan produk tenag kerja
dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.
C. SISTEM BIAYA KONVESIONAL
Sistem biaya konvesional memiliki
dua fungsi sederhana, yaitu pengukuran kinerja bulanan dan fungsi pembebanan
biaya. Fungsi pengukuran kinerja bulanan ini dilaksanakan melalui sistem
pelaporan bulanan dalam bentuk perbandingan antara realisasi versus anggaran
biaya.
Fungsi kedua dari sistem biaya
konvesional adalah fungsi pembebanan biaya (cost
assignment). Pembebanan merupakan istilah yang memberikan kesan arbitrarisness, tidak menunjukan
hubungan klausal antara biaya dengan objek yang menyebabkan biaya tersebut.
1.
Dasar Alokasi
Biaya Overhead Pabrik Sistem Konvesional
Dalam Akuntansi konvesional, semua
biaya produksi dibebankan keproduk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan
oleh produk. Dasar alokasi biaya overhead pabrik sistem konvesional
dialokasikan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan tarif overhead tunggal
dan tarif overhead departemental.
a.
Tarif Overhead
Tunggal (Plandwide Overhead Rate)
Tarif overhead tunggal digunakan untuk perusahaan secara
keseluruhan dan biasanya basis yang digunakan adalah jam mesin atau jam kerja
langsung. Pendekatan yang sederhana ini sebenarnya dapat mendistorsi biaya
produksi per unit pada saat akan digunakan sebagai pembuatan keputusan.
Pada saat sistem biaya dikembangkan pada tahun 1800-an, tenaga
kerja langsung adalah komponen terbesar dari biaya produk dibandingkan dengan
kondisi saat ini. Data yang berkaitan dengan tenaga kerja langsung, telah
terseedia dan dapat digunakan serta manajer percaya bahwa ada korelasi positif
antara biaya tenaga kerja langsung dengan biaya overhead. Konsekuensinya,
tenaga kerja langsung sangat sesuai untuk digunakan sebagai basis alokasi
overhead.
Meskipun demikian, tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja
langsung tidak memuaskan lagi. Pertama, dalam beberapa perusahaan-perusahaan,
tenaga kerja langsung tidak lagi memiliki korelasi yang tinggi dengan biaya
overhead. Kedua, karena aktivitas yang berkaitan dengan overhead sangat
bervariasi, tarif tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak mampu lagi
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
Dilihat dari perkembangannya, tenaga kerja langsung dan biaya
overhead berkebalikan arah. Dililhat dari persentase total biaya, tenaga kerja
langsung cenderung menurun sedangkan biaya overhead cenderung meningkat.
Pekerjan yang pada awalnya dikerjakan secara manual saat ini dapat digantikan
oleh mesin yang merupakan komponen dari
overhead. Lebih jauh lagi, saat ini keragaman produk bertambah banyak.
Perusahaan membuat produk dan jasa baru dengan volume, batch size dan kompleksitas yang berbeda-beda. Mengelola dan
mempertahankan diversitas produk menuntut overhead yang semakin banyak seperti production scheduler dan product design engineer dan overhead ini
tidak memiliki kaitan yang jelas dengan tenaga kerja langsung.
Meskipun demikian, tenaga kerja tetap digunakan sebagai dasar untuk
membebankan biaya overhead ke produk terutama untuk laporan eksternal. Di
beberapa perusahaan, korelasi antara biaya overhead dengan tenaga kerja tetap
tinggi. Kebanyakan perusahaan yang ada di dunia ini masih menggunakan tenaga
kerja dengan overhead tidak memiliki kaitan yang kuat harus mencari basis
alokasi lain yang lebih tepat. Jika tidak, biaya produk akan terdistorsi.
b.
Tarif overhead
Departemen (Departement Overhead Rate)
Ada beberapa perusahaan yang menggunakan tarif overhead departemen.
Basis alokasi di masing-masing departemen disesuaikan dengan sifat pekerjaan
yang dilakukan di departemen tersebut. Sebagai contoh, biaya overhead
berdasrkan jam mesin. Sebaliknya di departemen perakitan akan menggunakna basis
jam kerjas langsung untuk mengalokasikan biaya overhead.
Tarif overhead departemen juga dapat salah dalam mengalokasikan
biaya overhead dalam situasi perusahaan memiliki rentang produk yang berbeda
dalam volume, batch size atau kompleksitas produksi, alasannya adalah bahwa
pendekatan departemen biasanya mendasarkan pada volume sebagai dasr untuk
menglokasikan overhead ke produk.
2.
Kelemahan
Sistem Biaya Konvesional
Terdapat dua kelemahan sistem
penetapan biaya produk yang konvesinal, adalah :
1.
Sistem
penetapan biaya produk yang konvesional memang tidak dirancang untuk penetapan
biaya produk yang akurat, sebab tujuan utamanya hanya di maksudkan untuk
menetapkan biaya persediaan.
2.
Belum pernah
dimodifikasi, walaupun proses produksi telah berubah untuk memutuskan apakah
sistem biaya suatu perusahaan telah
terefleksikasi biaya produk yang optimal, diperlukan untuk analisis detail
terhadap sistem tersebut. Agar biaya yang dikeluarkan untuk analisis terhadap
sistem biaya efisien.
3.
Tanda-Tanda
Kelemahan Sistem Biaya Konvesional
Tanda-tanda kelemahan sistem biaya kontemporer adalah :
- Hanya
jam atau biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk mengalokasikan
overhead dari pusat biaya ke produk.
- Hanya
basis alokasi yang berkaitan dengan volume, seperti : jam mesin dan rupiah
bahan yang digunakan untuk mengalokasikan overhead dari pusat biaya ke
produk. Distorsi terutama timbul, apabila jumlah biaya yang tidak
berkaitan dengan volume (set-up,
inspection, schduling) relatif besar.
- Pusat
biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin-mesin dengan struktur biaya
overhead yang sangat berbeda satu sama lain, mesin yang otomatik mungkin
biaya overhead yang lebih kecil dibanding mesin manual.
- Biaya
pemasaran dan penyerahan produk sangat bervariasi sluran distributif,
sedangkan sistem biaya konvesional mengabaikan biaya pemasaran
D. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM
MENGALOKASIKAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONVENSIONAL
Pada perusahaan manufaktur yang kegiatan pokoknya
mengolah bahan baku menjadi produk jadi dan memasarkan hasil produksinya, sudah
tentu dalam hal memproduksi perlu adanya pengendalian biaya, dimana
pengendalian tersebut akan sangat membantu manajemen perusahaan dalam
menentukan harga produksinya yang akan berakibat juga pada penetapan harga
jual.
Alokasi biaya overhead pabrik dengan menggunakan
konvensional adalah dalam alokasi dua tahap. Dalam sistem konvensional, alokasi
dua tahap membebankan biaya sumber daya perusahaan yang disebut biaya overhead
pabrik, ke cost pool dan kemudian ke
objek biaya menggunakan sumber daya tersebut.
Dalam sistem penetuan biaya konvensional biaya overhead
pabrik dibebankan ke pabrik atau cost
pool departemental atau pusat biaya dan kemudian ke output biaya dan
kemudian ke output produksi.
Meskipun demikian prosedur pembebanan konvensional dua
tahap ini mendistorsi biaya produk atau jasa yang dilaporkan. Alokasi dua tahap
dalam pembebanan biaya overhead dengan sistem konvensional adalah
Tahap pertama pembebanan biaya sumber daya perusahaan
yang disebut biaya overhead pabrik,
dibebankan ke cost pool dan
kemudian ke objek biaya yang menggunakan
sumber daya tersebut
Tahap kedua sistem penentuan biaya konvensional membebankan
biaya overhead pabrik dari pabrik atau cost
pool departemental ke output dengan menggunakan cost driver berlevel unit, seperti jam kerja langsung dan jam
mesin, biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan unit output.
SOAL
1
PT
Gadjah Sakti adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada bulan September 2004 perusahaan
mendapat pesanan untuk mencetak kartu undangan sebanyak 2400 lembar dari PT
Restu dengan harga yang dibebankan adalah Rp. 2000 per lembar ,- . Pada bulan
yang sama perusahaan juga menerima pesanan sebanyak 100 spandoek dari PT Insani
dengan harga Rp. 200.000 per buah.
Pesanan dari PT Restu diberi nomor
KU-01 dan pesanan dari PT Insani diberi nomor SP-02.
Data
Kegiatan dan Produksi
1.
Pada tanggal 4
September 2004 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara kredit yakni sebagai
berikut :
Bahan baku
Kertas untuk undangan Rp.
1.350.000
Kain
putih 600 meter Rp.
4.125.000
Bahan
penolong
Bahan
penolong X1 Rp.
300.000
Bahan
penolong X2 Rp. 170.000
2.
Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk
mem proses pesanan KU-01 dan SP-02 diperoleh informasi sebagai berikut :
Bahan baku kertas dan bahan penolong X2
digunakan untuk memproses pesanan no KU-01, sedangkan bahan baku kain dan bahan
penolong X1 dipakai untuk memproses pesanan no SP-02
3.
Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh departemen produksi menggunakan dasar jam tenaga kerja
langsung dengan perhitungan sbb
Upah
langsung untuk pesanan KU-01 180 jam a. Rp.5000 dan upah langsung untuk pesanan SP-02 menghabiskan sebanyak 1000
jam a. Rp.5000,-. Se- dangkan untuk upah
tidak langsung adalah Rp. 2,9 juta.
Untuk
gaji karyawan Bagian pemasaran dikeluarkan sebesar Rp. 7.500.000,- dan gaji
karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000,-
4.
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan
dalam hal ini menggunakan tarif BOP sebesar 160 % dari biaya tenaga kerja
langsung, baik pesanan KU-01 dan SP-02.
Biaya
overhead pabrik sesungguhnya terjadi dalam kaitannya dengan pesanan di atas,
adalah sebagai berikut
Biaya pemeliharaan gedung Rp.
500.000
Biaya
depresiasi gedung pabrik Rp. 2.000.000
Biaya
depresiasi mesin Rp. 1.500.000
Biaya
pemeliharaan mesin Rp. 1.000.000
Biaya
asuransi gedung pabrik dan msn
Rp. 700.000
5.
Pencatatan harga pokok produk jadi. Berdasarkan
informasi untuk pesanan no KU-01 telah selesai dikerja kan
6.
Pencatatan harga pokok produk dalam proses.
Berdasarkan informasi diketahui bahwa untuk pesanan no SP-02 masih dalam proses
penyelesaian.
7.
Pencatatan harga pokok produk yang dijual.
Pesanan no KU-01 telah diserahkan kepada pemesan. Dan dari penyerahan tersebut
pemesan akan membayar dengan cara kredit.
Diminta
Berdasarkan
informasi di atas, buatlah jurnal yang diperlukan berdasarkan metode harga
pokok pesanan.
Soal 2
A.
Produk diolah melalui satu departemen. Dalam keten tuan ini anggapan
yang digunakan ;
·
Tidak terdapat
persediaan produk dalam proses awal
·
Tidak terdapat
produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.
·
Perusahaan
hanya memproduksi satu macam produk.
CV
Pribadi dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu
departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan
September 2004, yakni sbb ;
Produk
yang dimasukkan dlm proses 5.000
unit
Produk jadi 3.800
unit
Produk
dlm proses dengan
tkt
penyelesaian Bhn baku dan
penolong
100 %; biaya
konversi
40 %. 1.200 unit
Jumlah
produk yang diproses 5.000
unit
Data Biaya produksi
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya
produksi yang telah dikeluarkan yakni sebagai berikut
Biaya bahan baku Rp.
300.000
Biaya bahan penolong Rp.
450.000
Biaya tenaga kerja Rp.
513.600
Biaya overhead pabrik Rp. 642.000
Total
Biaya produksi Rp.
1.905.600
Berdasarkan data tersebut di atas, maka
tentukan
1.
Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah
produk tersebut
2.
Tentukan berapa harga pokok produk jadi
3.
Berapa harga pokok produk dalam proses akhir
bulan September 2004.
4.
Buatlah jurnal-2 yang diperlukan.
SOAL 3
B.
Produk diolah melalui lebih dari satu departemen.
PT Salima memiliki dua departemen produksi dalam
mengo lah produknya yakni departemen A dan departemen B. Berikut ini disajikan
data produksi dan biaya untuk kedua departemen tersebut
Dept
A Dept B
Produk
yang dimasukkan dlm proses 50.000 -
Produk
selesai yang ditranfer ke Dept B 40.000
-
Produk
selesai ditransfer Ke gudang - 35.000
Produk
dlm proses akhir bulan Dgn tkt- 10.000 -
penyelesaian
bhn baku Dan penolong 100 %,
biaya tenaga kerja 40 % dan BOP 35 %. - 5.000
tkt
penyelesaian biaya bhn penolong 60 %
dan
biaya konversi 30 %.
Data Biaya produksi
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya
produksi yang telah dikeluarkan yakni sebagai berikut:
Biaya
yang dikeluarkan selama bulan berlangsung adalah sebagai berikut
Dept
A Dept
B
Biaya
bahan baku Rp. 800.000 -
Biaya
bahan penolong Rp.
1.150.000 Rp. 988.000
Biaya
tenaga kerja Rp.
1.100.000 Rp. 1.241.000
Biaya
overhead pabrik Rp.870.000
Rp. 2.044.000
Diminta
;
Berdasarkan
informsi di atas, maka tentukan
a.
Harga pokok produksi per satuan yang dihasilkan
oleh Departemen A
b.
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Depar teman B.
c.
Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan.
Soal 1
Jurnal-Jurnal
yang Diperlukan
1. Pencatatan Pembelian Bahan baku &
penolong
Persediaan
Bahan baku Rp.
5.475.000
Hutang Dagang Rp.
5.475.000
Persediaan
Bahan penolong Rp. 300.000
Hutang Dagang Rp. 300.000
2. Pencatatan Pemakaian Bahan baku &
penolong
BDP –
Biaya bahan baku Rp.
5.475.000
Persediaan Bahan baku Rp.
5.475.000
BOP –
Sesungguhnya Rp. 470.000
Persediaan Bahan
penolong Rp. 470.000
3. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang
Gaji dan
Upah Rp. 20.300.000
Utang Gaji & Upah Rp.20.300.000
b. Pencatatan Distribusi Biaya TK
Biaya TK
Langsung Rp. 5.900.000
Biaya TK
Tdk Langsung Rp. 2.900.000
Biaya
Pemasaran Rp. 7.500.000
Biaya
Administ & Umum Rp. 4.000.000
Gaji dan Upah Rp. 20.300.000
c. Pembayaran Gaji dan Upah
Utang
Gaji dan Upah Rp.
20.300.000
Kas Rp.20.300.000
4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik.
BDP –
Biaya Overhead Pabrik Rp. 9.440.000
BOP yg Dibebankan Rp.
9.440.000
BOP yang
Sesungguhnya Rp. 5.700.000
Persediaan bhn bangunan Rp. 500.000
Akum.
depresiasi gedung pabrik Rp.
2.000.000
Akum.
depresiasi mesin Rp.
1.500.000
Persediaan
suku cadang Rp. 1.000.000
Persekot
Asuransi Rp.
700.000
BOP yg
Dibebankan Rp. 9.440.000
BOP yg Sesungguhnya
Rp.9.440.000
Selisih
BOP :
Untuk
menentukan selisih BOP dicari dengan cara memban- dingkan antara jumlah BOP
yang dibebankan dengan jml seluruh BOP yang sesungguhnya terjadi.
Berdasarkan
soal di atas, selisih BOP dapat ditentukan dengan cara :
BOP yang
Sesungguhnya:
Jurnal
no #2 Rp. 470.000
Jurnal
no #3b
Rp. 2.900.000
Jurnal
no #5 Rp. 5.700.000
Jml BOP
yang Sesungguhnya Rp. 9.070.000
BOP yang
Dibebankan Rp. 9.440.000
(Selisih
pembebanan lebih)
Jurnal
Selisih BOP
BOP yang
Sesungguhnya Rp. 370.000
Selisih
BOP Rp. 370.000
5. Pencatatan Harga Pokok produk jadi (KU-01)
Persediaan
produk jadi Rp. 3.690.000
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 1.350.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 900.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.
1.440.000
6. Pencatatan Harga Pokok produk dlm proses
(SP-02)
Persediaan
produk dalam proses Rp.
17.125.000
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 4.125.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp.
5.000.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.
8.000.000
7. Pencatatan Harga pokok produk yang dijual
Harga
Pokok Penjualan Rp. 3.690.000
Persediaan Produk jadi Rp. 3.690.000
Piutang
Dagang Rp. 4.800.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 4.800.000
Penyelesaian
:
Metode
Harga Pokok Proses
Proces
Cost Method
1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml Biaya
|
Unit
Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia
Bhn baku
|
Rp.
300.000
|
3800+(1200
x 100%)
|
Rp. 60
|
2.
|
Bia
Bhn Penolong
|
Rp.
450.000
|
3800+(1200
x 100%)
|
Rp. 90
|
3.
|
Bia
Tenaga Kerja
|
Rp.
513.600
|
3800+(1200
x 40%)
|
Rp.
120
|
4.
|
Bia
Overhead Pabrik
|
Rp.
642.000
|
3800+(1200
x 40%)
|
Rp.
150.
|
Biaya
Produksi Per Unit
|
Rp.
420
|
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang yakni sebesar :
3800 unit
x Rp. 420 =
Rp. 1.596.000
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses
akhir
Biaya
bahan baku :
( 1200 x
100% ) x Rp. 60 = Rp. 72.000
Biaya
bahan penolong
( 1200 x
100% ) x Rp. 90 = Rp. 108.000
Biaya
Tenaga Kerja
( 1200
x 40% ) x Rp. 120 = Rp.
57.600
Biaya
Overhead Pabrik
( 1200
x 40% ) x Rp. 150 = Rp. 72.000
Jumlah
Harga Pokok produksi = Rp. 309.600
yg masih
dlm proses akhir
Soal 2
Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.
1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
BDP –
Biaya Bahan baku Rp. 300.000.
Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :
BDP –
Biaya Bahan Penolong Rp.
450.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 450.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP –
Biaya Tenaga Kerja Rp.
513.600
Gaji dan Upah Rp.
513.600
4. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP –
Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000
Berbagai Rekening yang Di Rp. 642.000
kredit.
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan
produk jadi Rp.
1.596.000
BDP- Biaya Bahan Baku Rp.
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp.
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.
6.
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan
produk jadi Rp.
309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.
108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
Soal 3
Penyelesaian
:
Metode
Harga Pokok Proses
Proces
Cost Method
·
Produk Diolah melalui lebih dari Dua
Departemen.
1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml
Biaya
|
Unit
Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia
Bhn baku
|
Rp.
800.000
|
40.000+(10.000x100%)
|
Rp. 16
|
2.
|
Bia
Bhn Penolong
|
Rp.
1.150.000
|
40.000+(10.00
x 100%)
|
Rp. 23
|
3.
|
Bia
Tenaga Kerja
|
Rp.
1.100.000
|
40.000+(10.00
x 40%)
|
Rp. 25
|
4.
|
Bia
Overhead Pabrik
|
Rp.
870.000
|
40.000+(10.00
x 35%)
|
Rp. 20
|
Biaya
Produksi Per Unit
|
Rp.84
|
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang yakni sebesar :
40.000 unit
x Rp. 84 = Rp.
3.360.000
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses
akhir
yang
Dihasilkan pada Departemen A (10.000 unit)
Biaya
bahan baku :
( 10.000
x 100% ) x Rp. 16 = Rp. 160.000
Biaya
bahan penolong
( 10.000
x 100% ) x Rp. 23 = Rp. 230.000
Biaya
Tenaga Kerja
( 10.000
x 40% ) x Rp. 25 =
Rp. 100.000
Biaya
Overhead Pabrik
( 10.000
x 35% ) x Rp. 20 = Rp. 70.000
Jumlah
Harga Pokok produksi = Rp.
560.000
yg masih
dlm proses akhir
4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang
Ditambahkan oleh Departemen B yakni :
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml
Biaya
|
Unit
Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia
Bhn Penolong
|
Rp.
988.000
|
35.000+(5.000x60%)
|
Rp. 26
|
2.
|
Bia
Tenaga Kerja
|
Rp.
1.241.000
|
35.000+(5.000
x 30%)
|
Rp. 34
|
3.
|
Bia
Overhead Pabrik
|
Rp.
1.100.000
|
35.000+(5.000
x 30%)
|
Rp. 56
|
Biaya
Produksi Per Unit
|
Rp.116
|
5. Harga
Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah
35.000 x
(Rp.116 + Rp. 84*) = Rp. 7.000.000
Catatan : Rp.
84* adalah Harga Pokok yang dibawa dari Departemen A
6. Harga
Pokok produksi yang masih dalam proses akhir
yang
Dihasilkan pada Departemen B ( 5000 unit)
Harga
Pokok Produk dalam proses akhir yang berasal dari Departemen B
( 5000 x
Rp. 84) =
Rp. 420.000
Biaya
bahan penolong
( 5.000
x 60% ) x Rp. 26 =
Rp. 78.000
Biaya
Tenaga Kerja
( 5.000
x 30% ) x Rp. 34 =
Rp. 51.000
Biaya
Overhead Pabrik
( 5.000
x 30% ) x Rp. 56 =
Rp. 84.000
Jumlah
Harga Pokok produksi = Rp.
633.000
yg masih
dlm proses akhir
Berdasarkan informasi
berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni sebagai berikut.
Biaya yang dikeluarkan selama bulan berlangsung
adalah Sebagai berikut:
Dept I Dept II
Biaya bahan baku Rp. 350.000 -
Biaya bahan penolong
Rp. 406.000 Rp. 409.500
Biaya tenaga kerja Rp. 500.650 Rp. 473.000
Biaya overhead pabrik Rp. 711.450 Rp. 352.000
Diminta ;
Berdasarkan informsi di atas, maka tentukan
1.
Harga pokok produksi per
satuan yang dihasilkan oleh Departemen I
2.
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Depar temen II
3.
Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan
yang dihasilkan oleh Departemen I
4.
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
gudang
5.
Harga pokok produk yang masih dalam proses
akhir yang dihasilkan oleh Departemen II
Penyelesaian
: Kasus Produk Hilang
1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml
Biaya
|
Unit Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia
Bhn baku
|
Rp.
350.000
|
2100+(300
x 100%)
|
Rp 125
|
2.
|
Bia
Bhn Penolong
|
Rp.
406.000
|
2500+(300
x 100%)
|
Rp 145
|
3.
|
Bia
Tenaga Kerja
|
Rp.
500.650
|
2500+(300
x 45%)
|
Rp 190
|
4.
|
Bia
Overhead Pabrik
|
Rp.
711.450
|
2500+(300
x 45%)
|
Rp 270
|
Biaya
Produksi Per Unit
|
Rp.
730
|
2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke
gudang yakni sebesar :
2500 unit
x Rp. 730 =
Rp. 1.825.000
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses
akhir
Biaya bahan baku :
( 300 x 100% ) x Rp.
125 = Rp. 37.500
Biaya
bahan penolong
( 300 x
100% ) x Rp. 145 = Rp. 43.500
Biaya Tenaga Kerja
( 300 x 45% ) x
Rp. 190 =
Rp. 25.650
Biaya
Overhead Pabrik
( 300
x 45% ) x Rp. 270 =
Rp. 36.450
Jumlah
Harga Pokok produksi = Rp.
143.100
yg masih
dlm proses akhir
4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang
Ditambahkan oleh Departemen B yakni :
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml
Biaya
|
Unit
Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia
Bhn Penolong
|
Rp.
409.500
|
2100 + (250 x 70%)
|
Rp.180
|
2.
|
Bia
Tenaga Kerja
|
Rp.
473.000
|
2100 + ( 250 x 40%)
|
Rp.215
|
3.
|
Bia
Overhead Pabrik
|
Rp.
352.000
|
2100 + ( 250 x 40%)
|
Rp.160
|
Biaya
Produksi Per Unit
|
Rp.555
|
5. Harga
Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah :
2.100 x
(1.506,59) * = Rp. 3.163.839
Catatan :
Harga
pokok produksi/satuan yg berasal
dari
Dept I =
Rp. 730
Harga
pokok produksi/satuan yg berasal
Dari
Dept I stl adanya produk hilang dlm
Proses
di Dept II sebanyak 250 unit
Adalah
Rp 1.825.000 : ( 2500 – 150 ) = Rp. 776,59
Penyesuaian
harga pokok produksi per Rp.1.506,59
Satuan produk yang berasal dari Dept I
* Rp. 730 + 776,59
6. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses
akhir yang Dihasilkan pada Departemen B ( 250 unit)
Harga Pokok dari Dept A 250 x 776,59 = Rp. 194147,5
Biaya bahan penolong
( 250 x 70% x Rp. 180) = Rp.
31.500
Biaya bahan tenaga kerja
( 250 x
40% x Rp. 215 = Rp.
21.500
Biaya
overhead pabrik
( 250 x
40% x Rp. 160 = Rp.
16.000
Jumlah
Harga Pokok produksi =
Rp.263.147,5
yg masih
dlm proses akhir
Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.
1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
BDP –
Biaya Bahan baku Rp. 300.000.
Persediaan Bahan Baku Rp. 300.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :
BDP –
Biaya Bahan Penolong Rp.
450.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 450.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.
513.600
Gaji
dan Upah Rp.
513.600
4. Jurnal untuk
mencatat biaya tenaga kerja
BDP –
Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000
Berbagai Rekening yang Di Rp. 642.000
kredit.
5. Jurnal untuk
mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi
Rp. 1.596.000
BDP- Biaya Bahan Baku Rp.
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp.
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp.
6.
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan
produk jadi Rp.
309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp.
108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar